‘’Tebar Pesona’’ SBY Tak Bisa Diremehkan

Oleh: Aris Kuncoro

PARA  calon presiden yang akan berlaga dalam Pemiihan Presiden 2009, tampaknya perlu berpikir dua kali sebelum menantang Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY. Bukan karena SBY adalah seorang incumbent, sehingga mempunyai kesempatan yang lebih besar, tapi juga karena jenderal purnawirawan asal Pacitan ini memang pandai dan cerdik memanfaatkan momentum untuk melaksanakan ‘’jurus tebar pesona’’.


Yang paling gress adalah ketika dengan sangat cerdas SBY berhasil memanfaatkan momentum menyampaikan Pidato Kenegaraan di depan Sidang Paripurna DPR, Jumat (15/8) pagi.

Di tengah berbagai hujatan dan kritikan dari berbagai kalangan yang coba ditebarkan untuk menjatuhkan citranya—terutama berkaitan dengan momentum kenaikan harga BBM-- SBY dengan sangat cerdas membalikkan semua tudingan itu,dengan menyampaikan pidato yang ‘’sangat menarik’’, ’’menyentuh’’ sekaligus ‘’memberikan semangat’’ bagi para pendengarnya.

Tak ayal, jika banyak kalangan menyebut pidato SBY di Senayan itu, tak ubahnya seperti hujan yang terjadi di tengah kemarau yang sedang melanda. Sehingga terasa menyejukkan.

Salah satu poin yang dinilai sangat menyejukkan, terutama bagi kalangan pegawai negeri, adalah janji SBY yang akan menaikkan anggaran untuk gaji pegawai negeri sipil (PNS), TNI/Polri, dan pensiunan rata-rata 15 persen pada RAPBN 2009. Selain itu, akan ada gaji dan pensiun bulan ke-13 serta perbaikan sistem pembayaran pensiun.

Dalam Pidato Kenegaraan serta Keterangan Pemerintah atas RAPBN 2009 Beserta Nota Keuangannya, di depan Rapat Paripurna DPR itu SBY juga mengungkapkan, selama empat tahun masa pemerintahannya, pendapatan PNS golongan terendah telah di tingkatkan 2,5 kali, dari Rp 674 ribu per bulan pada tahun 2004 menjadi Rp 1,721 juta pada tahun 2009.
Menurut SBY, dalam rangka memperbaiki kinerja birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik, pemerintah mengalokasikan anggaran belanja pegawai sebesar Rp 143,8 triliun atau naik sekitar Rp 20,2 triliun (16,4 persen) dari perkiraannya dalam tahun 2008. Kenaikan anggaran tersebut, antara lain, untuk memperbaiki penghasilan aparatur negara dan pensiunan melalui kenaikan gaji pokok dan pensiun pokok rata-rata 15 persen, serta perbaikan sistem pembayaran pensiun.

Berdasarkan prioritas Rencana Kerja Pembangunan (RKP) 2009 dan mempertimbangkan tugas pokok dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga, dalam RAPBN tahun 2009 terdapat beberapa kementerian/lembaga yang mendapat alokasi anggaran cukup besar. Departemen Pendidikan Nasional direncanakan memperoleh anggaran Rp 52,0 triliun, Departemen Pekerjaan Umum Rp 35,7 triliun, Departemen Pertahanan Rp 35,0 triliun, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia Rp 25,7 triliun. Lalu, Departemen Agama Rp 20,7 triliun, Departemen Kesehatan Rp 19,3 triliun, dan Departemen Perhubungan Rp 16,1 triliun.

Hal yang juga sangat mendapat perhatian semua pihak adalah adanya keinginan dan tekad yang kuat dari pemerintahannya untuk memenuhi konstitusi menyangkut bidang pendidikan sebanyak 20 persen dari APBN. Semua hal yang disampaikannya itu, tentu saja menjadi nilai positif bagi SBY.

Itulah, salah satu kecerdikan SBY, yang pandai mamanfaatkan momentum. Tak hanya soal isi pidato. Bahkan gaya SBY ketika menyampaikan pidato tersebut juga berhasil mempesona para peserta sidang paripurna DPR dan masyarakat luas yang menyaksikan di layar televisi.

Terutama ketika SBY tiba-tiba berhenti sejenak, saat menyampaikan pidato. Dia menyempatkan diri meneguk air minum yang disediakan, sambil menyampaikan, "Mohon maaf" kepada anggota dewan. Sesaat kemudian Presiden mengambil sapu tangan dari saku celana, membuka kaca mata, dan menyeka peluh di wajahnya.Setelah itu, Presiden SBY berkelakar. "Kalau Presidennya sudah berkeringat begini, berarti serius ini,” ujar SBY, yang langsung disambut gerr... peserta dan undangan Rapat Paripurna. Suasana sidang pun menjadi cair. Setelah itu, SBY melanjutkan pidatonya. Naskah pidato yang dibaca Presiden SBY itu setebal 50 halaman. Tentu butuh konsentrasi dan energi tersendiri. Wajar jika SBY perlu jeda sejenak. Namun, peristiwa yang kelihatan tidak sengaja itu ternyata sangat ampuh untuk mengail pesona.

Tak heran, jika Ketua Fraksi Partai Golkar Priyo Budi Santosa menyatakan bangga dengan presiden yang didukung partainya itu "Saya lihat tadi SBY tampil dengan segala jurusnya. Tampil lebih gagah dengan menyeka sedikit keringatnya. Karena saya tidak ingin Presiden yang didukung terlalu formalistis. Terus terang, tadi saya bangga melihat Presiden tampil seperti itu," papar Priyo.

Anggota FKB DPR Effendi Choirie juga menilai pidato SBY itu luar biasa. Kalimatnya tertata betul dan cukup menyentuh. "Jadi beliau percaya diri dengan retorita yang luar biasa. Tetapi di balik itu, saya menangkap ini dijadikan momentum untuk memasuki tahun 2009," kata anggota dewan yang akrab disapa Gus Choi itu

Dalam isi pidatonya, yang mempesona itu, SBY juga tegas menyatakan dukungannya terhadap langkah KPK memberantas korupsi. Bagi SBY, KPK telah berhasil mengusut kasus korupsi di berbagai sektor, termasuk korupsi di lingkungan parlemen.
KPK, katanya, harus didukung, baik dengan perundang-undangan maupun sikap tanpa kompromi dalam menghadapi kasus korupsi. Dengan langkah ini, Indonesia dapat membangun martabatnya di mata dunia.

SBY juga menepis tudingan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto bahwa angka kemiskinan terus meningkat. Menurutnya, tingkat kemiskinan di Indonesia menurun, dari 17,7% pada 2006 jadi 15,4% dari total jumlah penduduk Indonesia pada Maret 2008.

Angka pengangguran terbuka juga menurun, dari 10,5% pada Februari 2006 jadi 8,5% pada Februari 2008. Tren penurunan angka kemiskinan ini, menurut SBY, juga terjadi meski, kita menggunakan kriteria angka kemiskinan Bank Dunia.

Sikap simpatik SBY juga tampak, ketika SBY mengajak para elit yang akan bertarung di Pemilu 2009 untuk siap menerima kenyataan politik. Ia mengimbau pesta demokrasi yang kini tinggal menghitung bulan tidak diganggu aksi anarki. "Kita harus berani menerima kemenangan dan berani menerima kekalahan dengan sikap kesatria serta menghargai ketertiban dan pranata hukum," pinta SBY.

Apa yang bisa dikomentari dari pidato itu, adalah bahwa SBY ternyata memang pintar memanfaatan untuk menjelaskan prestasi kerja kepemimpinannya sambil menangkis serangan-seranganterhadapnya.

Bahwa di balik pidatonya itu, SBY dituding sedang melakukan kampanye terselubung, adalah hal yang wajar. SBY memang punya hak untuk memperbaiki citra.

Persoalan SBY yang terbesar memang adalah memperbaiki citra yang sempat terpuruk di masyarakat akibat kenaikan BBM. Dengan janjinya untuk menaikkan gaji guru dan menganggarkan pendidikan 20 persen tampaknya bisa memperbaiki citra.


Jika pada minggu-minggu ini dilakukan polling di tengah masyarakat, berkaitan dengan calon presiden yang akan mereka pilih dalam Pilpres 2009, kemungkinan besar SBY akan mendapat suara yang paling besar dan jauh meninggalkan capres-capres lainnya.

Jadi, memang, sebaiknya para capres yang akan bertanding dalam Pilpres 2009, jangan meremehkan jurus ‘’tebar pesona’’ SBY yang memang berpenampilan simpatik itu.

SBY memang bukan pemimpin sehebat Winston Churchill, Nelson Mandela, Martin Luther King, atau bahkan Barrack Obama. Para pemimpin besar dunia tersebut memiliki karisma yang menggetarkan dan mampu memberikan pidato yang mampu menggerakan emosi para pendukungnya. Tapi, setidaknya SBY mampu menjawab dengan cukup baik, sejumlah isu sentral yang menjadi sorotan masyarakat, mulai dari soal penurunan angka kemiskinan, penurunan angka pengangguran, kenaikan anggaran pendidikan hingga mencapai 20 persen—seperti yang diamanahkan oleh konstitusi, hingga soal pemberantasan korupsi.***

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama