Bantuan Peralatan Pengembangan Batik Kombinasi Direalisasikan Pemkab Rembang


REMBANG-
Wacana pengembangan batik Lasem kombinasi direalisasikan Pemkab Rembang. Pertengahan tahun telah disalurkan sarana dan prasarana pendukung kepada kelompok  usaha bersama (KUBE) batik pantura dari kecamatan Lasem, guna memperlancar proses produksi. 

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Drs Waluyo melalui  Kepala Bidang Perindustrian Drs Sudirman di ruang kerjanya Sabtu (2/10/2010) menjelaskan, pengertian batik kombinasi yakni memproduksi batik Lasem dengan dua metode. Untuk membuat pola-pola besar dan kecil yang rumit, dikerjakan menggunakan alat scaner atau dicetak, sedangkan finishing tetap memakai cara tulis.

Menurut Sudirman, pemkab Rembang melalui Dinperindagkop tahun ini telah menyalurkan sejumlah peralatan kepada kelompok usaha bersama (KUBE) Batik  Pantura, beranggotakan 20 pengrajin kelas menengah ke bawah. Antara lain scaner  besar berukuran 1,2 X 2,5 meter, scaner kecil berukuran 30 X 30 centi meter dan  meja cetak. Komplit senilai Rp 12,750 juta, dianggarkan dalam APBD induk tahun  2010.

Sudirman lebih lanjut menjelaskan, sebelumnya anggota KUBE diberi pelatihan mengoperasionalkan scaner selama dua minggu akhir bulan Juni lalu dan sejak Juli kemarin mulai memproduksi bathik kombinasi. Pola besar yang dicetak menggunakan alat scaner antara lain tiga negri, lung-lungan dan gentoro-gentiri.

Sudirman menambahkan, dari pendataan hasil produksi batik lasem sejak KUBE batik pantura mengoperasionalkan alat scaner, diketahui ada peningkatan. Semula per bulan total diproduksi sebanyak 1.438 potong, naik sekitar 30%. Dengan demikian jelas menguntungkan pengrajin batik, khususnya anggota KUBE.

Ditegaskan Sudirman tidak perlu dikhawatirkan tentang kualitas batik lasem  murni tulis tangan. Karena batik kombinasi juga finishing tetap dilakukan  dengan tulis, bukan produk massal printing. Ke-dua produksi juga memiliki pasar  yang berbeda, batik kombinasi membidik pembeli kelas menengah ke bawah.

Untuk batik tulis tangan yang biasa dipasarkan serharga antara Rp 150 ribu hingga Rp 5 juta-an tak akan terpengaruh, karena sudah memilki segmen pasar  tersendiri. Sedangkan batik kombinasi nantinya dipasarkan di bawah Rp 100 ribu  agar terjangkau oleh masyarakat. 

Tahun ini bathik kombinasi difokuskan diproduksi dalam bentuk kain, berukuran 110 X 220 centimeter. Adapun tahun depan akan dikembangkan dalam bentuk baju, t shirt, tas dan sandal, dengan harga yang terjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Untuk pembiayaan rencana tersebut, Dinperindagkop Rembang mengajukan bantuan modal untuk KUBE, dalam RAPBD Kabupaten Rembang  tahun 2011 dan mengajukannya ke APBD Propinsi Jawa tengah serta APBN. 

Terpisah Santoso Ketua koperasi Batik Lasem menyampaikan, langkah pemkab melakukan inovasi mengarahkan pengrajin menengah ke bawah memproduksi batik kombinasi merupakan hal yang baik. Karena bertujuan memproduksi batik lasem yang harganya terjangkau oleh seluruh kalangan masyarakat.

Bahkan rencana pengembangan desain memproduksi baju, t shirt, tas serta sandal  berbahan batik kombinasi harus didukung. Namun harus dipikirkan jalur  pemasarannya, karena jangan sampai berhenti pada proses produksi tetapi tidak  mampu menjual.

Santoso menambahkan, agar batik Lasem tetap menjadi komoditas unggulan  berkualitas utama, sampai kapanpun  hendaknya tidak diproduksi massal secara  printing/cetak. Seperti halnya batik dari dari daerah lain, setelah diproduksi
massal dengan metode tersebut, berimbas pada batik yang sepenuhnya dikerjakan tangan. Harga di pasaran anjlok karena segmen pembeli bergeser lebih menyukai  batik printing yang berharga murah.

Belum lagi serbuan batik sutera baik asli maupun imitasi dari negara China bentuk jadi berupa baju. Di pasaran hanya dijual di bawah harga Rp 100 ribu.  Menyebabkan era persaingan dengan bathik lokal menjadi sangat ketat, diperlukan
kiat khusus untuk mengantisipasinya.(hasan/kir)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama