Dalam 2 Tahun, Lahan Tanaman Melon di Rembang Bertambah 100 Hektar Lebih

Keterangan Foto: Iskandar,  warga Desa Mojokerto Kecamatan Kragan, Rembang,  sedang merawat tanaman melon. 


REMBANG-Lahan kering di beberapa kecamatan di Kabupaten Rembang, dua tahun terakhir diitensifkan menjadi area pembudidayaan tanaman melon. Sebagian pemilik lahan menanam sendiri, sementara yang lain menyewakannya kepada para pemilik modal.  


Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dintanhut) Kabupaten Rembang Sutomo didampingi Sekertaris Suratmin di ruang kerjanya pagi tadi menginformasikan, dari hasil pendataan lahan yang dimanfaatkan untuk budidaya melon kurun waktu dua tahun terakhir diketahui bertambah sekira 100 hektar lebih.


“Tahun 2008 berkisar 230 hektar, tahun 2009 sejumlah 333 hektar. Produktifitas per hektar mencapai 6,6 ton,” papar Suratmin. 


Menurut Suratmin tambahan area lahan melon terbesar di kecamatan Kragan mencapai hampir 60 persen, atau sejumlah 57 hektar, sisanya 40 persen tersebar di kecamatan Sedan, Sumber dan Kaliori.


”Varietas melon yang dikembangkan jenis eksyen dan sky rocket, termasuk buah melon unggulan,” jelasnya. 


Dia menambahkan, petani atau pemilik tanaman melon tidak kebingungan memasarkan hasil panen, karena pembeli datang langsung ke lokasi. Untuk harga jual sepenuhnya bergantung hasil nego pembeli dan petani, berbeda antara satu pemilik dan yang lain. ”Harga yang selama ini berlaku dikalangan petani melon di wilayah Rembang, bila dibeli ditempat dibanderol 2.500 per kilogram, sedangkan jika dikirim ke alamat pembeli dihargai Rp 3.500,” imbuh Suratmin. 


Sementara itu Iskandar warga desa Mojokerto kecamatan Kragan yang dijuluki maestro melon oleh sesama petani melon menjelaskan, sebenarnya wilayah Rembang sangat cocok untuk budidaya melon. Cuaca panas di kota ujung timur propinsi Jawa tengah ini mendukung untuk tumbuh kembangnya tanaman melon.


”Dibutuhkan sedikit kerja keras, khususnya menyiapkan lahan untuk pembudidayaaan,” ungkapnya.  


Menurut lelaki yang sempat mengenyam ilmu budi daya tanaman melon di Negara Jepang selama setahun pada tahun 2004 lalu, tanaman melon tidak begitu membutuhkan air. Kuncinya pada pemahaman petani dalam penyiapan lahan dan cara merawat tanaman sesuai kaidah ilmu pertanian, khususnya tanaman melon.


”Selain itu, butuh keberanian tersendiri untuk mebudidayakan tanaman melon, karena untuk lahan 1 hektar menelan modal mencapai 25 juta rupiah,” ujarnya.  


Terpisah, Jamari warga desa Menoro kecamatan Sedan, pemula dalam budidaya tanaman melon menyatakan perlu sedikit nekad bila ingin berhasil. Seperti halnya dia yang menanam melon untuk kali pertama dan berhasil panen memuaskan. 


Laki-laki yang semula berprofesi sebagai pengepul barang rosok itu awal tahun ini memutuskan alih profesi menjadi petani melon karena ingin menggapai sukses.
”Namun saya tidak nekad begitu saja, melainkan bekerja sambil bekerja pada beberapa petani melon yang tergolong sukses,” terang Jamari.  


Dia menambahkan, setelah merasa cukup mendapat pengetahuan membudidayakan tanaman melon, baru dia memutuskan menanam sendiri.


”Dari hasil kenekadan itu, saya menangguk untung hingga 20 juta rupiah dari hasil panen pertama di lahan seluas 1 hektar yang saya sewa dari pemilik tanah,” imbuh Jamari. (hasan/kir).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama