REMBANG -Ribuan orang memadati ritual tradisi penjamasan bende becak kemarin Selasa (17/11) di rumah juru kunci makam Sunan Bonang, KH. Abdul Wahid. Tradisi yang digelar setiap tahun saat hari raya Idul Adha ini selalu dipadati warga dari dalam dan luar kota . Warga yang datangpun rela antri berdesak-desakan untuk mendapatkan air bekas penjamasan yang diyakini dapat menyembuhkan penyakit dan membawa berkah.
Sejak ratusan tahun lalu tepatnya tahun 1460 Masehi , tradisi penjamasan bende becak yang digelar setiap hari raya Idul Adha ini selalu dikunjungi masyarakat Rembang dan luar rembang . pagi itu Konsentrasi warga tertuju ke rumah haji Abdul Wakhid, juru kunci makam Sunan Bonang di Desa Bonang Rt 3 rw 2, Kecamatan Lasem, Rembang.
Di rumah yang berada di sekitar komplek Pausujudan Sunan Bonang itu , menjadi pusat penyucian bende becak yaitu, sebuah gong kecil yang konon dipercaya sebagai jelmaan seorang utusan kerajaan majapahit bernama becak, yang kala itu bertemu dengan Sunan Bonang.
Juru kunci Pasujudan Sunan Bonang saat dikonfirmasi sebelum acara jamasan dimulai menuturkan Becak adalah nama orang yang konon merupakan utusan dari Raja Majapahit untuk mengantar surat kepada sunan bonang saat itu utusan raja Majapahit datang ke Sunan Bonang pada saat dimana Sunan Bonang masih mengajar ngaji sehingga utusun Raja itu menunggu didepan pintu sambil menyanyi , sampai nyanyian itu didengar sejumlah murid Sunan bonang akhirnya para murid menanyakan kepada Sunan Bonang Suara nyanyian siapakah di pintu itu
Sunan Bonang Menjawab Suara Bende Akhirnya Seseorang yang bernama Becak berubah menjadi bende setelah di sabda oleh Sunan Bonang karena dianggap telah menggangu Sunan Bonang yang tengah mengajar mengaji.pada saat Bende itu kemudian dijadikan alat syiar agama islam oleh Sunan Bonang, untuk memanggil muridnya mengaji.Hingga akhirnya, bende dan sebuah bulatan yang terbuat dari batu itu kemudian dikeramatkan dan diyakini memiliki tuah.
Menurut juru kunci makam Sunan Bonang, Haji Abdul Wakhid, penyucian atau penjamasan itu bertujuan untuk mengingatkan kembali perjuangan Sunan Bonang, yang sangat gigih memperjuangkan syiar agama islam, terutama di pesisir Pantai Utara Jawa (Pantura). ’’Jangan sampai para pengunjung salah mengartikan ritual ini,sehingga bias berpeluang kepada kemusryikan,’’katanya
Dia menjelaskan, ritual diawali dengan mencuci bende becak, dengan menggunakan air bunga. Selain itu, ada pula tumpeng-tumpeng kecil ketan dan nasi kuning sebagai wujud rasa syukur serta potongan kecil kain mori yang digunakan untuk ritual penjamasan .
‘’Setelah usai pembacaan doa , ribuan warga yang telah lama menunggu langsung menyerbu air bekas penjamasan. Dengan membawa sejumlah botol, mulai anak kecil ,muda-mudi hingga nenek-nenek mereka nekat berdesak-desakan untuk sekedar mendapatkan air yang diyakini dapat menyembuhkan penyakit dan obat awet muda,’’tuturnya.
Meski dijaga ketat oleh Hansip desa setempat , namun suasana nyaris ricuh karena banyak yang tidak sabar untuk antre. Mereka khawatir kehabisan air bekas penjamasan. Warga yang mengikuti tradisi penjamasan ini tidak hanya membawa pulang air sisa penjamasan, namun banyak pula yang menggunakannya untuk membasuh muka.
Beny Sugiyanto (33 tahun) dan Budi (20 tahun), warga Karang jati Ungaran Semarang menakui, mengikuti ritual penjamasan bende becak udah berkali-kali hampir setiap tahun . mereka datang ke Bonang dengan naik bus jurusan Semarang-Surabaya turun di Lasem,Rembang. dan bermalam di pasujudan. Sebelumnya mereka melakukan ziarah terlebih dahulu. “Meskipun harus berdesak-desakan dengan sesame pengunjung yang lebih muda bukan masalah,wong niatnya mencari berkah tak kenal menyerah,’’ungkap Budi.
’’Setelah usai mendapatkan air nantinya dibawa pulang akan dibagikan ke sanak saudara disana, agar mendapatkan keberkahan dari Sunan Bonang.’’ tambahnya.
Sementara itu, Wakil Bupati sekaligus Plh Bupati Rembang, Abdul Hafidz mengatakan, masyarakat diminta untuk menata niat tatkala mengikuti ritual tersebut. Jangan sampai, kata dia, ritual ini justru disalahgunakan dan menyimpang dari kaedah Islam.