Peserta Carier Centre SMK Muhammadiyah Gunem Panen Perdana

Kepala Sekolah SMK Muhamadiyah Gunem, Sutiyono di tengah kebun, saat panen melon.  

REMBANG-Sebanyak 15 orang peserta Carier Centre (pengembangan diri) yang mendapat pelatihan Life Skill (ketrampilan usaha untuk mempertahankan hidup), Minggu (2/1/2010) menikmati jerih payah hasil pembelajaran sekira 3 bulan lamanya. Ke 15 orang tersebut 10 berasal dari Desa Pragen Kecamatan Pamotan, 5 orang dari Desa Gunem Kecamatan Gunem, semuanya adalah pemuda putus sekolah.

Ke 15 orang peserta carier centre merupakan warga belajar non formal di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhamadiyah Gunem yang berbasis ilmu pertanian. Peserta terbagi dalam dua jenis pembelajaran, 5 orang terjun pada agrobisnis dan pengembangan holtikultura, sedangkan 10 orang menekuni pemasaran. Selama menempuh ilmu di SMK Muhamadiyah Gunem, mereka dibimbing Kepala Sekolah Sutiyono, beberapa guru setempat dan oleh Iskandar, mentor pakar tanaman melon, warga desa Mojokerto Kecamatan Kragan.

Pada kegiatan panen perdana tanaman melon, Kepala Sekolah SMK Muhamadiyah Gunem, Sutiyono, menjelaskan, program carier centre merupakan hasil pengajuan proposal pihaknya kepada Pemerintah Provinsi Jawa tengah melalui Dinas Pendidikan Provinsi, khususnya bidang Pendidikan Non Formal (PNF). Tujuannya memberikan ketrampilan untuk mempertahankan hidup (Life Skill), khususnya bagi pemuda putus sekolah. "Agar mereka memilki kegiatan positif, sekaligus beriwa usaha," tuturnya.

Menurut dia, proposal berisi metode budidaya tanaman melon, tomat dan cabai, mengingat kondisi lahan pertanian di Kabupaten Rembang cocok untuk budidaya jenis tanaman tersebut. Ternyata proposal yang diajukan mendapat lampu hijau dari Dinas Pendidikan Propinsi Jawa tengah dan pada pertengahan bulan Oktober lalu dilakukan survei. "Tim melakukan study lapangan ke SMK Muhamadiyah Gunem, sekaligus bertatap muka dengan 15 orang yang diusulkan menjadi warga belajar carier centre," terangnya.

Disebutkan olehnya, sekira semingu kemudian turun surat keputusan bahwa program pemberdayaan pemuda putus sekolah yang diusulkan SMK Muhamadiyah disetujui, disusul cairnya dana yang diajukan sebanyak Rp 50 juta. Segera saja pembelajaran dilakukan, pertama memberikan bekal teori pengolahan lahan bagi peserta budidaya tanaman dan ilmu manajemen bagi peserta program pemasaran.

"Untuk budidaya tanaman melon, kita datangkan meastro melon Iskandar yang sukses membudidayakan tanaman tersebut. Sedangkan ilmu pemasaran diampu beberapa guru setempat," paparnya.

Sebagai pembanding tingkat kesuksesan sebutnya, dari lahan 5.000 meter persegi yang disediakan untuk praktek, dibagi menjadi dua. Untuk demplot dan pengembangan secara massal, dimaksudkan penanaman awal merupakan uji coba, sedangkan pada kali ke dua sebagai upaya serius. "Lahan demplot seluas 1.500 meter persegi. Sedangkan budidaya serius di lahan 3.500 meter persegi," ujarnya.

Ia sampaikan, lahan demplot ditanam 700 batang bibut melon yang jatuh pada pilihan jenis action karena dikenal tahan penyakit. Sedangkan lahan 3.500 meter persegi terbagi menjadi dua lagi, separuh untuk budidaya tanaman melon sebanyak 1.000 batang dan sisanya ditanami tomat, juga 1.000 batang.

"Karena pada proposal kita mencantumkan pembelajaran budidaya melon, tomat dan cabai maka kita prioritaskan untuk penanaman melon dan tomat dahulu, karena musim penhujan belum begitu tingi intensitasnya. Ini sesuai anjuran Iskandar selaku mentor," katanya.

Ia menjelaskan, setelah setengah bulan mendapat teori dan tiga bulan belajar praktek, hari Minggu merupakan masa panen di lahan pertama. Seluruh warga belajar  terlibat pada kegiatan itu, bahkan keluarga mereka turut berpartisipasi membantu memetik melon hasil jerih payah tanpa mengenal lelah.    

"Di lahan demplot seluas 1.500 meter persegi, berhasil dipanen 1,4 ton. Dalam artian setiap tangkai menghasilkan satu buah melon dengan berat rata-rata 2 kilogram," cetusnya.

Adapun untuk pemasaran tambahnya, sepenuhnya diserahkan kepada Iskandar. Mulai dari nego harga hingga pengepakan untuk pengiriman.  "Pasalnya, Iskandar sudah dikenal dan memilki relasi pengepul buah dari kota-kota besar baik di Jakarta, Bandung, Semarang dan Tuban. Serta tahu benar cara packing agar buah tidak rusak saat tiba di tujuan," kilahnya.

Saat ditemui, Iskandar sendiri menjelaskan, agar peserta pembelajaran tidak kesulitan pada tahap awal, maka disarankan menjual di tempat saja. Karena selain terbatas dana, mereka juga belum berpengalaman dalam pengiriman hasil panen. "Sesuai harga beli di tempat, per kilogram kita hargai Rp 2.500. Dibeli salah satu relasi dari Tuban," ungkapnya.

Ia sebutkan, untuk hasil panen lahan ke dua nanti, akan dikirim ke alamat pembeli. Untuk memberikan bekal pengetahuan memasarkan hasil panen bagi peserta pembelajaran.
"Relasi dari Jakarta dan Bandung sudah siap menampung hasil panen nanti dan saat ini sedang dilakukan pembicaraan terkait harga jual. Untuk praktek ilmu pemasaran yang mereka pelajari," tuturnya.

Adapun untuk hasil panen tomat tambahnya, sudah dilakukan pendekatan dengan salah satu pabrik saus. Apabila tidak ada ksesesuaian harga tidak perlu khawatir karena pasar lokal siap menampung. "Lebih mudah menjual hasil panen tomat, karena banyak pabrikan saus yang membutuhkan. Namun apabila tidak ada kecocokan harga, pengepul sayur lokal siap membelinya," tukasnya.

Sedangkan Ardiyansah, pemuda putus sekolah salah satu peserta carier centre saat ditemui menyebutkan, dia tidak menduga bila dengan kemauan keras dan bersunggguh-sungguh dalam berusaha ternyata menuai hasil setimpal. "Kerja keras yang kita lakukan bersama dibawah bimbingan Kak Sutiyono dan Pak Iskandar, mendatangkan untung yang semula tak pernah terpikirkan," sebutnya.

Semula dia ragu saat ditawari menjadi peserta, karena harus bergelut dengan tanaman yang seolah merupakan pekerjaan perempuan. Tetapi saat diperkenalkan dengan Pak Iskandar dan mendapati kenyataan bahwa dia meraih sukses sebagai petani melon maka tumbuh niat dan semangat. "Akhirnya semua calon peserta menyatakan siap terjun membudidayakan aneka tanaman yang disebutkan dalam proposal," cetusnya.

Sementara itu Iskandar menjadwalkan usai panen melon dan tomat pada akhir Januari mendatang, semua lahan akan ditanami cabai. Baik jenis cabai merah, hijau dan rawit, mengingat kebutuhan pasar sangat tinggi sedangkan stok komoditi minim. Selain menambah ilmu membudidayakan tanaman cabai sekaligus peserta dapat meraup keuntungan lebih dari harga cabai yang cukup tinggi akhir-akhir ini.Sehingga diprediksi dari keuntungan yang mereka peroleh siap untuk berusaha secara mandiri

Untuk budidaya tanaman cabai sendiri, Sutiyono dan seluruh peserta tidak ragu atas keputusan Iskandar, karena selain pakar dalam mengembangkan melon, dia juga pakar dalam budidaya tanaman cabai. Pria berusia 38 tahun itu pernah belajar pengetahuan pertanian di Jepang selama satu tahun.

"Kita percaya sepenuhnya pada putusan Iskandar. Karena saat dia belajar ilmu pertanian di 'Negeri Sakura', ketika itu bahkan sedang musim salju. Sehingga musim penghujan yang diperkirakan turun deras di bulan Januari-Maret saat menanam cabai buka merupakan kendala. Ada ilmu khusus yang akan diajarkan Islkandar dan dijamin tidak mengalami gagal panen," pungkas Sutiyono.                         

Bedasar keputusan dari Dinas Pendidikan Propinsi Jawa tengah, dana bantuan yang disalurkan bukan merupakan modal kerja melainkan pemberdayaan masyarakat secara bergulir. Oleh karena itu setelah peserta carier centre memilki cukup dana dan siap berusaha secara mandiri maka akan dilepas. Pelatihan berikutnya diikuti peserta pemuda putus sekolah lain dan untuk pemerataan, telah dibuat konsep bila peserta berasal dari 14 kecamatan se-kabupaten Rembang. (hasan)        

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama