Peningkatan Intelektualitas Pegawai Melalui Pendidikan Tinggi Menjadi Tren Kebutuhan Dinamika Global

Riyanto, SE, MM
JAKARTA (wartamerdeka.com) - Tak dapat dipungkiri, peningkatan intelektualitas dan kualitas karyawan/ pegawai sudah menjadi standar kebutuhan di Era Global. Terutama mereka yang bekerja di lingkungan pemerintahan/ BUMN, Perusahaan Multinasional maupun Nasional, apalagi bila layanannya berkaitan dengan kepentingan publik. Sebab itu, kebutuhan meningkatkan pendidikan tinggi, merupakan salah satu solusi untuk menjawab dinamika tantangan ke depan.  Demikian diungkapkan Riyanto, SE, MM, Koordinator Kelas Non Reguler/ Khusus Karyawan, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Budi Bakti (STIM BB), Bekasi, tadi pagi (22/04/2012).

“Dalam dinamika persaingan Global, mau tidak mau, para pegawai/ karyawan di Instansi Pemerintah/ BUMN, Perusahaan Multinasional maupun Nasional, harus meningkatkan intelektualitas dan kualitasnya, bila ingin eksis dalam layanannya, “ ungkapnya tegas.

Adrian Adha, ST, MM
Menurut Riyanto, peningkatan intelektualitas, akhirnya menjadi sebuah tren kebutuhan untuk mendorong peningkatan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia), dalam kapasitas mereka sebagai salah satu faktor pendukung kemajuan perusahaan.

Sedangkan solusi peningkatan kualitas, lanjutnya, dibutuhkan peningkatan intelektual melalui pendidikan formal di Perguruan Tinggi, sesuai kebutuhan jenjang program studi masing-masing, misalnya: apakah Diploma III (D-III) atau Strata 1 (S-1).

Sebab itu, Riyanto meyakini, jika para pegawai/ karyawan yang sudah meningkatkan pendidikan di S-1 misalnya, akan berbeda dengan mereka yang belum pernah kuliah, terutama dalam hal mengatasi masalah maupun mengambil keputusan.

“Dalam evaluasi kita, para pegawai atau karyawan yang sudah menyelesaikan pendidikan formal S-1, misalnya, mereka akan lebih berani dan sistematis dalam dalam ‘problem solving’ serta mencari solusi-solusi pemecahan masalah dalam pekerjaannya,” tandasnya.


Hal ini dikatakan, karena dengan meningkatkan intelektualitas melalui pendidikan formal, akan membuat mereka terlatih dalam mengidentifikasi masalah, analisis pemecahan masalah, serta mencari solusi-solusi pemecahan masalah yang sesuai.

“Ya, mereka yang tadinya sering terkendala dalam strategi penanganan masalah dan kurang berani melakukan inovasi program-program baru, akhirnya lebih yakin setelah meningkatkan pendidikannya,” katanya.

Memang, secara hirarkinya, peningkatan intelektualitas, akan mendorong peningkatan kualitas. Dan peningkatan kualitas, akan meningkatkan bobot kinerja, yang tentu menjadi referensi penting dalam prospek jenjang karir.

“Tentu, jika intelektual para pegawai tersebut meningkat, maka kualitas kinerja mereka akan meningkat. Jika kualitas meningkat, maka bobot kinerjanyapun akan meningkat. Dengan demikian, prospek jenjang karir mereka tentu akan lebih mengarah,” ujarnya serius, bagai dosen sedang memberi kuliah.
Dicontohkan, diantara sekitar 200-an calon wisudawan STIM Budi Bakti yang akan diwisuda di Hotel Horison, 28 April 2012, ada 37 orang pegawai PT Jasa Marga Persero, Tbk, Cabang Jakarta-Cikampek (JM Japek) yang tergabung dalam Kelas Non Reguler/ Karyawan Jasa Marga, yang sudah menyelesaikan sidang yudisium skripsi, dan sudah berhak menyandang gelar Sarjana Ekonomi (SE).

“Saya lihat mereka sangat antusias sejak awal kuliah hingga sidang skripsi, dan sekarang sudah berhasil meraih gelar Sarjana Ekonomi. Mereka menyatakan, keyakinan mereka dalam bekerja semakin meningkat setelah kuliah,” imbuhnya.

Dikatakan Riyanto, kendati para mahasiswa pegawai Jasa Marga tersebut kadangkala sangat sibuk dengan pekerjaan mereka, namun komitmen untuk menuntaskan perkuliahannya tak pernah surut.

“Saya salut melihat mereka yang sudah kerja, tapi kuliah jalan terus. Mereka mampu mengatasi beban kerja mereka dan komitmen waktu kuliah. Mereka akhirnya selesai dan diwisuda dalam waktu dekat,” ujarnya mengakhiri pembicaraan.

Sementara itu, Adrian Adha, ST, MM, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Budi Bakti, Bekasi dalam berbagai kesempatan, selalu menanamkan motivasi terhadap para mahasiswa, khususnya bagi mereka yang akan diwisuda.

”Kejarlah ilmu setinggi-tingginya hingga ke negeri Cina,” ujarnya suatu ketika dalam acara yudisium sidang skripsi S-1.

Menurutnya, filossofi tersebut mengartikan, betapa pentingnya mengejar ilmu, sekalipun jauh ke negeri orang. Hal ini menggambarkan motivasi dalam belajar.

Dalam konteks makro, Adrian juga selalu menekankan, peningkatan intelektualitas, melalui pendidikan formal dengan jenjang yang lebih tinggi, hingga selanjutnya akan mendorong kualitas SDM Indonesia.
Secara manajerial, pria energik dan masih muda ini, sudah memimpin STIM Budi Bakti untuk tahun ke-4, pasca kepemimpinan sang perintis institusi, (Alm). Prof. Syahrir Soeleiman, PhD, seorang pakar dalam bidang Manajemen Transportasi di Indonesia.

Sebab itu, bersama jajarannya, Wakil Ketua I, DR. H.B Katili, MM dan Ir. Yos Soeleiman, MM, STIM Budi Bakti, yang memiliki dua program studi: D-III Manajemen Pemasaran dan S-1 Manajemen, akan terus meningkatkan kualitas lulusannya, yang siap dengan dinamika tantangan di Era Global.
Sedangkan perkuliahan regular, selain non regular/ kelas karyawan, terus dikembangkan sedemikian rupa, kendati kelas non regular belakangan ini justru makin banyak peminat. (DANS)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama